Bagaimana kalau seseorang begitu percaya bahwa visual yang ia terima adalah petunjuk dari Tuhan ? Bagaimana kalau kematian seseorang begitu menghantuimu dan membuatmu merasa terus bersalah? Juga bagaimana kalau luka di masa lalu hadir di masa depanmu, dan kamu tergoda untuk menjadi seperti mereka yang dulu menyakitimu? "Wahyu dan Hantu" inilah yang jadi benang merah dari #NgulasFilm Revelations, film thriller psikologis Korea terbaru yang intens, dalam, dan penuh pertanyaan moral.
Sutradara : Yeon Sang-ho
Penulis : Kyu-Seok Choi dan Yeon Sang-ho
Rilis : 21 Maret 2025
Pemeran :
Ryu Jun-yeol sebagai Sung Min-chan ||
Shin Hyun-been sebagai Lee Yeon-hui || Shin Min-jae sebagai Kwon Yang-rae || Han Ji-hyun sebagai Lee Yeon-ju || Moon Joo-yeon sebagai Si-yeong || Choi Kwang-il sebagai Jung Guk-Hwan || Lee Se-ho sebagai Jung Hwan-Su || Kim Bo-min sebagai Shin A-yeong
Genre : thriller, crime, drama, mystery
Rating IMDB : 6 / 10
SINOPSIS REVELATIONS (2025)
Disutradarai oleh Yeon Sang-ho (Train to Busan) dan diproduseri oleh Alfonso Cuarón (Roma, Children of Men), Revelations merupakan adaptasi dari webtoon karya Yeon dan Choi Gyu-seok. Film ini disebut mengisahkan dua karakter utama, tapi bagi saya justru tiga karakter dengan latar belakang dan trauma berbeda yang saling terkait.
Semula mau nonton ini karena ada Ryu Jun-yeol. Bukan fans-nya sama sekali, tapi beberapa kali lihat film/series yang ia bintangi seringnya memang bagus. Jadi, mari menyingkap Revelations.
Cerita berawal dari detektif perempuan Lee Yeon-hui mengikuti Kwon Yang-rae --eks. narapidana yang masih dalam masa percobaan-- sedang menguntit seorang gadis muda bernama A-Yeong, hingga ke sebuah gereja. Pendeta Sung Min-chan yang melihat lelaki itu mengajaknya kenalan sekaligus mengisi formulir keanggotaan, juga memotret wajah Kwon Yang-rae untuk di-print. Sebelum pulang, Pendeta Sung dengan baik hati memasangkan sepatu ke Kwon Yang-rae dan terlihatlah monitor elektronik di pergelangan kakinya. Setelahnya, Pendeta Sung Min-chan menerima kabar buruk lewat telepon, bahwa istrinya berselingkuh. Dengan berusaha menahan amarah dan sedih, pendeta muda ini tetap terlihat baik-baik saja bersama istri.
Di perjalanan, Pendeta Sung Min-chan melihat poster rencana pembangunan Gereja Kaum Surga, semacam gereja yang sangat besar gitu lah. Istri pendeta beropini, bahwa mungkin suaminya yang akan diamanahi memimpin gereja tersebut, mengingat ada nama tokoh yang mereka kenal. Selanjutnya, Pendeta Sung Min-chan ke Gereja Perdamaian Langit, menjumpai tokoh yang ia kenal ini. Alih-alih diamanahi menjadi pendeta utama di gereja baru, Pendeta Sung mendapat kabar bahwa orang lain yang akan mendapatkan penugasan itu.
Sampai menit ini jika diamati, Pendeta Sung Min-chan adalah sosok pendeta muda yang terlihat baik, ramah dan taat. Wajahnya terkesan polos dan apa adanya. Namun, ia menyimpan ambisi. Di gerejanya, ia terkesan berobsesi mencari anggota baru. Setelahnya, ia menyimpan harap agar dirinyalah yang diamanahi menjadi pendeta utama di mega proyek gereja baru. Pendeta Sung pun buru-buru berdoa pada Tuhan, agar tidak terjerat duniawi. Meski begitu, dalam doa ia mengakui keinginannya untuk menjadi pemimpin di gereja baru, hanya saja, itu harus merupakan petunjuk dari-Nya.
Tak lama kemudian, istri Pendeta Sung dengan panik mengabarkan bahwa putra mereka (yang masih kecil) telah dijemput seorang pria tak dikenal. Saat itu, Pendeta Sung sempat melihat hasil cetak foto wajah Kwon Yang-rae pada kertas yang terkena tetesan air. Wajah itu berubah agak seram. Sepertinya Pendeta Sung di sini mendapat petunjuk, sehingga ia pun mencari tahu tentang Kwon Yang-rae dalam daftar penjahat seksual lewat internet, dan ketemu alamatnya.
Saat berada di alamat itu, Pendeta Sung melihat Kwon Yang-rae, si mantan narapidana, seperti ingin membuang sesuatu dalam plastik besar dan membawa sekop ke dalam bagasi mobilnya. Dengan sembunyi di dalam mobil, Pendeta Sung menelepon darurat (semacam 911 gitu kali ya) untuk melapor. Sayangnya, karena gugup, ngomongnya berantakan, awalnya menyebut anaknya hilang, kemudian menyebut Kwon Yang-rae yang ingin membuang sesuatu. Jadi, sebenarnya apa yang mau ia laporkan nih?
Akhirnya, di tengah hujan yang deras, Pendeta Sung mengikuti Kwon Yang-rae hingga peristiwa nahas itu terjadi, yang akan membalikkan kehidupan Pendeta Sung. Sejak kejadian ini, visual-visual yang dilihat Pendeta Sung sebagai wahyu Tuhan makin ditampakkan ke penonton.
Beralih ke mbak polisi Lee Yeon-hui. Bukan karena tugas ia menguntit si eks narapidana, tapi juga bukan tanpa alasan. Pada kasus sebelumnya, saudara perempuannya (Lee Yeon-ju) telah menjadi korban Kwon Yang-rae. Merasa gagal menyelamatkan nyawa saudaranya, si mbak polisi ini terus dihantui perasaan bersalah. Pada film ini, visual hantu Yeon-ju terus diperlihatkan beberapa kali berada di dekat Yeon-hui.
Di kepolisian, Lee Yeon-hui ditugaskan mencari Shin A-yeong, remaja putri yang hilang setelah mengikuti kebaktian di gereja Pendeta Sung. Orang yang dicurigai terkait hilangnya gadis SMP ini siapa lagi kalau buka si eks narapidana, Kwon Yang-rae. Trauma Yeon-hui pun muncul. Agak nyesal juga dia, kenapa nggak terus aja buntuti si eks narapidana ini setelah keluar dari gereja. Tapi, ya udah, akhirnya mbak polisi pun datang ke gereja Pendeta Sung untuk menanyakan telepon semalam dari pendeta, dan menyampaikan hilangnya salah satu jemaat di gereja tersebut.
Sementara itu, polisi lain sedang memeriksa rumah Kwon Yang-rae dan menemukan grafiti mata satu yang sangat besar hasil coretan Kwon Yang-rae di dinding rumahnya.
Satu orang yang dibayang-bayangi trauma, satu orang yang menafsirkan visual sebagai wahyu, dan satu sosok yang menjadi pusat konflik ini memunculkan pertanyaannya: apa yang sebenarya mereka lakukan itu untuk mengejar keadilan… atau hanya memburu pelampiasan?
KESAN REVELATIONS (2025)
Sebenarnya, cukup sedih melihat karakter tokoh utama yang semula positif, ceria, seperti Pendeta Sung berubah menjadi negatif. Namun, sepertinya penonton diajak untuk melihat bahwa tokoh-tokoh dalam film ini bukan tokoh sempurna. Mereka punya celah untuk salah, terbawa emosi, dan kadang mengambil keputusan yang buruk karena trauma dan rasa kehilangan. Sebaliknya, pada akhir cerita, penonton juga diajak untuk sedikit menyelami karakter eks narapidana, mengapa ia sampai melakukan hal tersebut.
Film ini punya nuansa gelap, tapi memang tidak terlalu mendominasi. Ada adegan yang intens dan greget, tapi tetap bisa santai dinikmati. Ada twist-twist yang cukup mengagetkan, tapi tidak terburu-buru ingin bilang 'wow'. Kesal dan gemesin, tiap kali Pendeta Sung beberapa kali salah bicara, atau setiap kali ia menafsirkan sesuatu itu sebagai wahyu, padahal bukan. Di akhir cerita, akan disebutkan fenomena apa yang dialami oleh Pendeta Sung. Jujur, masih sangat menyayangkan perubahan karakternya. Tapi, yah gimana, namanya juga cerita :(
Untuk Kwon Yang-rae, saya pikir selamanya akan dicap sebagai sosok negatif, sama seperti film-film kriminal lain. Ya, dia memang penjahat dan nggak berubah hingga akhir film sih. Tapi, ada adegan di mana mbak polisi diajak untuk memahami trauma masa kecil Kwon Yang-rae agar bisa mengetahui keberadaan A-yeong yang hilang. Seakan pentonton juga diajak untuk setidaknya bisa sedikit iba atas apa yang terjadi di masa kecil Kwon Yang-rae, walau bukan untuk membenarkan.
Sebenarnya setelah menonton, masih tersimpan sedikit pertanyaan, tapi pada akhirnya Revelations (2025) sepertinya ingin meninggalkan bekas bukan karena aksinya, sisi gelapnya, atau twist besar, tapi karena ingin mengajak merenung tentang spiritual, emosional, dan moral lewat tokoh-tokoh dan kejadian yang mereka alami.
PESAN DALAM REVELATIONS (2025)
Mungkin inilah pesan yang bisa saya tangkap dalam Revelations (2025) :
Pendeta Sung Min-chan
Dari luar, Min-chan adalah gambaran pemimpin spiritual yang tulus, ramah, bersemangat, dan terlihat tegar. Tapi ketika hidupnya dihantam pengkhianatan, dan pupus harapan, di sini ia mulai goyah, serasa direndahkan, sampai sesuatu yang ia pikir itu "wahyu" datang menghampiri.
Hal yang direnungkan darinya:
Kadang, ketika hidup sedang gelap, kita memaksa cahaya untuk datang dari arah yang salah. Bukannya mencari yang benar, maalah mencari pembenaran.
Min-chan tidak jahat. Dia hanya tenggelam dalam rasa sakit dan terjebak dalam keyakinan yang tidak ia uji. Apakah petunjuk itu dari Tuhan, atau hanya sentilan dari setan. Pandangan manusia itu bias. Dia lupa bahwa iman bukan selalu tentang merasa yakin, tapi juga tentang mengakui bahwa kita sedang tersesat.
Lee Yeon-hui
Sebagai detektif, Yeon-hui membawa beban yang berat—bukan hanya tanggung jawab hukum, tapi juga rasa bersalah yang belum selesai. Sosok adik perempuannya yang muncul dalam bayangan terus menyalahkan dan menuntut balas. Di sinilah dilema muncul: apakah ia harus bertindak sebagai penegak hukum, atau sebagai kakak yang ingin menebus kegagalan masa lalu?
Darinya, hal yang bisa direnungkan:
Keadilan bisa jadi kabur ketika emosi pribadi ikut bicara. Kekuatan tidak melulu terlihat dalam aksi, tapi berani untuk tetap teguh di tengah bisikan dendam. Pengampunan bukan berarti membenarkan kejahatan, tapi bisa membantu melepaskan beban diri.
Kwon Yang-rae
Masa lalu Kwon begitu kelam, penuh luka dan simbol-simbol yang tak pernah benar-benar hilang dari benaknya. Meski secara hukum ia telah bebas, secara batin ia masih terpenjara. Ketika simbol-simbol masa kecil itu muncul lagi, trauma pun hidup kembali, dan ia tergoda untuk menjadi seperti mereka yang dulu menyakitinya.
Hal yang bisa direnungkan:
Kwon adalah contoh bahwa seseorang bisa menyelesaikan masa hukumannya, tapi tidak selalu bisa menyembuhkan batinnya. Tanpa lingkungan yang memulihkan, seseorang bisa dengan mudah jatuh ke dalam siklus yang sama—bukan karena ingin, tapi karena tidak tahu cara lain untuk hidup.
***
Ketiga tokoh ini—seorang pendeta, seorang detektif, dan seorang mantan narapidana—berjalan dalam gelapnya bayang-bayang trauma dan kehilangan. Mereka butuh pegangan, serta dukungan lingkungan sekitar. Sayangnya, dari ketiga tokoh, hanya satu yang berhasil keluar dari jebakan bayang-bayangnya. Di ending, kita bisa melihat siapakah tokoh yang beruntung itu.
selera personal : 7,5/10
#NgulasFilm bukan merupakan ajakan menonton film. Berpikir bijak sebelum menonton.
#NgulasFilm bukan merupakan ajakan menonton film. Berpikir bijak sebelum menonton.
0 Comments
Hai, bila tidak memiliki link blog, bisa menggunakan link media sosial untuk berkomentar. Terima kasih.