Persepsi Pada Film Kuch Kuch Hota Hai Dulu dan Kini

rewatch movie

Lucu juga membaca pendapat netizen muda tentang film Kuch Kuch Hota Hai baru-baru ini. Saya singkat saja kesimpulannya. Menurut netizen muda ini, Rahul (Shah Rukh Khan) dalam film itu redflag banget. Sudah jelas, Anjali adalah tunangan orang, malah disamperin. Enak banget jadi Rahul dapat dua, hihihi.


Belum lagi, ternyata banyak juga yang berkomentar bahwa film Kuch-Kuch Hota Hai itu tidak membuat mereka bersedih apalagi terisak-isak, malah membuat sebal. Menurut saya, opini ini unik sekaligus menarik. Padahal, dulu film Kuch-Kuch Hota Hai (KKHH) diklaim sebagai film romance terbaik-tersedih pada masanya. Film KKHH ini pun termasuk film favorit yang sudah saya tonton berkali-kali dan tetap mewek. Saya lebih sedih nonton Film KKHH dibanding Mohabbatein yang juga menurut banyak orang, kisahnya menyedihkan.

Tentang pendapat siapa pun mengenai sebuah film memang tidak ada yang keliru. Semua punya sudut pandangnya masing-masing.

Nah, yang menarik ketika selesai membaca komentar netizen muda ini, saya (serasa baru) sadar bahwa waktu yang saya punya sudah banyak berjalan. Bahwa, apa yang dulu menjadi opini global, sangat bisa berubah.


Ketika Melihat Film KKHH Lagi, Berubahkah Penilaian dan Persepsi Saya ?

KKHH 1998

Beberapa waktu lalu, saya membaca cerita reviewer yang menonton ulang film-film lawas yang pernah dia tonton. Hasilnya, dia agak terkejut sendiri karena pendapatnya tentang film itu berubah. Film yang dahulunya dia nilai ‘waw’ banget, kini terasa ‘wew gitu’, film yang dahulunya terasa romantis berbunga-bunga, kini terasa hambar dan menggelikan baginya.

Balik ke saya. Saya pun penasaran, apakah penilaian dan feeling saya terhadap Film KKHH ini berubah?

Rasa penasaran yang membuat saya mengingat lagi sebenarnya seperti apa sudut pandang saya saat menonton Film KKHH ini dahulunya ya ? Apa memang saya tidak menyadari kalau Rahul ini cowok redflag, dan Anjali ini tipe yang bucinnya kebangetan gitu ? Apa saya tetap sedih kalau menontonnya lagi?

Iya, saya punya niat untuk menonton ulang Film KKHH kembali, tapi saya batalkan. Karena sebenarnya agak malas. Tahukan film India itu rata-rata 3 jam. Akhirnya, saya sekadar melihat klip-klip film ini di Youtube, yang memang sudah banyak sekali. Oya, Film KKHH ini sekarang sudah ada di Netflix, tapi lagi-lagi di web media sharing video, film ini juga sangat mudah dicari.

Hasilnya?

Ternyata kesimpulan saya di tahun 2023 tentang Film KKHH ini tidak banyak berubah, saya masih merasa kisah dalam film ini sedih, masih merasa miris dengan persahabatan dua tokoh utamanya, masih menyadari ada scene-scene yang agak lebay (tapi ini kan film India yo), pun dari dulu saya berpikir : berat amat meletakkan perjodohan di tangan seorang anak. Intinya, dulu berpikir begitu sekarang juga begitu.

Sepertinya yang berubah adalah ketika melihat Shah Rukh Khan versi masa muda, terus mikir “Kok Shah Rukh Khan lebih ganteng pas tua ya?

Untuk yang belum pernah sama sekali menonton, ini bukan anjuran untuk menonton. Tapi, tulisan ini bakalan was-wes-wis-wos menceritakan adegannya dan bahkan spoiler.



Kesimpulan Ketika Menonton Film KKHH

kuch kuch hota hai indonesia
Bisa ya ada orang macam Anjali Sharma yang sudah bertahun-tahun masih cinta sama orang yang sama?
Kok ada orang seperti Aman yang mau-maunya membatalkan pernikahan?
Si Rahul enak banget ngambil tunangannya orang.

Begitulah pendapat sebagian orang-orang sekarang.

Kayaknya dulu setelah nonton, saya berkesimpulan 'begitulah kalau sudah jodoh, makanya mereka bisa bersatu’. Hihihi. Sederhana amat ya.


Bisa jadi, karena dulu saya meramu kesimpulan seperti ini setelah nonton KKHH :

Menurut saya, Rahul dan Anjali ini sebenarnya punya rasa cinta. Tapi, keduanya tidak saling menggali perasaan diri sendiri. Apalagi cinta itu luasnya ya. Output perasaan mereka adalah dengan saling menyayangi, saling melindungi, saling nyaman satu sama lain. Sudah.

Jikalau cinta itu punya layer, maka rasa nyaman adalah salah satu lapisan itu. Masing-masing tidak ada yang perlu mendefinisikan perasaannya karena nyaman-nyaman saja. Kecuali kalau rasa nyaman itu mengusik. Secara prinsip yang mereka bangun juga saling menolak. Hanya beranggapan bahwa kedekatan yang dibangun adalah persahabatan, yang layaknya saudara. Sudah, itu saja. Berbeda kalau berada di lapisan percikan, atau jika sudah berada di lapisan cemburu dan ingin memiliki, maka pertanyaan-pertanyaan semacam ini bisa saja muncul : “Kok aku ngeliat dia deg-degan ya? Kok ngeliat dia jalan sama yang lain, aku panas ya?” Kebingungan begini nih yang biasanya memicu pendefinisian jatuh cinta.

Nah, tibalah kedatangan Tina Malhotra (Rani Mukerjee). Walau visualnya seksi, tapi karakter Tina sama sekali bukan cewek penggoda. Dia cantik, sehingga wajar banyak sorot mata teralih ke dia. Sebagaimana pemuda, sosok Rahul seakan tertantang untuk mendekati Tina.

Menurut saya, Tina ini cerdas. Dia bisa membaca situasi. Sebelum merealisasikan rasa sukanya, dia nanya dulu ke Anjali, “Kamu suka gak sama sahabatmu?” Sayangnya, Anjali tidak menjawab.

Omong-omong, Rahul ini tipe yang sudah punya list kriteria lawan jenis yang disuka. Dia bahkan punya prinsip. Beda dengan Anjali, yang sepertinya plong saja. Jadi, kalau seandainya dua sahabat ini ditanya : “Kamu suka tipe yang gimana sih?” Maka, Rahul akan lebih mudah menjawabnya dibanding Anjali. Jadi bayangkan, kalau kita punya tipe atau standar tertentu tentang orang yang disuka, terus ketemu di depan mata orang yang sesuai itu. Nggak langsung suka juga sih, tapi itu bisa membuat kita teralih padanya.

Dengan kedekatan Rahul dan Tina, Anjali mulai menyadari perasaannya sendiri. Pada akhirnya dia memilih pergi menjauh sejauh-jauhnya dari Rahul dan Tina. Kalau saya jadi Anjali, saya juga memilih pergi saja.

Tapi, selalu ada orang yang baru menyadari perasaannya sendiri ketika dia kehilangan.

Saya suka saat adegan perpisahan di kereta. Saat Tina tatap-tatapan dengan Anjali. Dua orang ini diam saja, tapi masing-masing seakan berkomunikasi satu sama lain.

Di sini, akhirnya Tina menyadari satu hal : ‘Bahwa bukan Anjali yang menjadi orang ketiga di antara mereka, tapi dia-lah orang ketiga di antara mereka’. Di sini pula, Tina memupuk perasaan bersalahnya, dan menimpakan amanah yang besar ke anaknya. Hadeh.
KKHH movie



Rahul si redflag?


Kalau ada seseorang dari masa lalu yang datang kembali secara sengaja di saat kita sudah beralih ke orang lain, maka yang begini bisa lah diabaikan. Tapi, kalau yang hadirnya tidak sengaja gimana?

Rahul reuni dengan Anjali tanpa disengaja. Dia juga tidak tahu Anjali sudah tunangan, sampai malam yang hujan tiba. Setelah tahu tunangan orang pun, dia sadar diri. Tapi, sayangnya Anjali Sharma sudah berubah menjadi perempuan sesuai kriteria Rahul. “Sari?” tanya Rahul. Satu pertanyaan yang menurut saya sudah menjelaskan perasaan  dan perhatian Rahul ke depannya.

Sebagai orang yang telah bertunangan, bahasa tubuh Anjali terlihat beberapa kali menghindar dari Rahul. Beberapa kali dia kikuk, canggung, dan tidak mau difoto bareng. Sayangnya, itu semua tidak bisa menetralkan rasa cintanya kepada Rahul. (Aduduh)

Masih menurut saya (ya iyalah), Kajol menjadi elemen penting dalam film ini. Beberapa kali dia membuat matanya "berbicara". Sehingga tanpa berdialaog, mata dan bahasa tubuh Kajol sudah bisa membagikan emosi pada para penonton.


Cinta yang Belum Usai


Pertanyaannya, ni cewek kok bisa sih bertahun-tahun gagal move on? 
Kok tidak hilang-hilang rasa cintanya? 
Kau terbuat dari apa Anjali? 

Dulu, sempat mikir juga begini. Tetapi, umur saya terus bertambah, sampai melihat sendiri, ada orang yang bertahun-tahun sudah berpisah dari orang yang dia kasihi, tapi cintanya tidak hilang-hilang.

Tapi, kok bisa? Asumsi saya, ada penerimaan dalam dirinya. Dia terluka, tapi tidak merasa dilukai. Eh, gimana-gimana. Ketika Anjali berpisah dari Rahul, itu adalah pilihannya sendiri. Rahul tidak mengusirnya, tidak ada yang mendepaknya, tidak ada yang mengatainya.

Anjali


Tapi, dia pergi karena patah hati, kan? Ya. Tapi, dia pergi juga karena dia menyayangi Rahul dan Tina. Dia pergi membawa cintanya. Cinta itu dia simpan dalam sebuah “kotak” yang tertutup rapat, dan “kotak” itulah yang dia bawa pergi. Jadi, dia-tidak-benar-benar-membunuh-perasaan-cintanya.
Pernahkah ketika kalian reunian, ada yang akhirnya menyatakan cinta dengan kawannya karena dahulu dia jatuh cinta dengan orang itu? Pernah ?

Eh, tapi. Kalau itu terjadi pada kita, hati-hati ya. Karena pernyataan cinta si dia yang katanya pernah suka itu, belum tentu di masa kini dia benar-benar cinta sama kita lho. Bisa jadi, hatinya hanya ingin menuntaskan apa yang belum tuntas di masa silam. Begitu dia tahu rasanya, ya sudah. Giliran kitanya cinta, eh dia udahan. Hik.

Balik ke Anjali.

Maka, ketika dia bertemu Rahul lagi, apa yang memang belum mati itu bisa tumbuh lagi.

Meski ada upaya bersikap biasa aja, ternyata ya nggak bisa. Saya pikir dia juga sudah berusaa move on, dengan menerima pertunangan Aman. Sayangnya, sejak awal dia bertunangan hanya karena kompromi dengan keadaan, karena dia sudah lelah. Mungkin juga karena umur. Hufh.


Pendapat Kita Dipengaruhi Oleh Apa Sih ?

persepsi
Saya menonton film India dari kecil. Hapal aktor-aktris India macam Dharmendra, Jeetendra, Hema Malini, Mithun Cakraborty, sampai si antagonis Amrish Puri. Semakin sering menonton, semakin saya merasa film India itu monoton, kisah romannya dibumbui dengan dendam atau konflik kebencian. Actionnya menantang sekaligus risih, klise, dan mudah terbaca. Walhasil, film India termasuk film yang saya skip sampai bertahun-tahun.

Lalu, hadir Film Kuch Kuch Hota Hai ini rilis pada tahun 1998. 
Saya menontonnya pertama kali pada tahun 1999 (atau 1998 ya?) karena diajak teman. Maka, setelah sekian lama tidak menonton film India lagi, dan untuk pertama kalinya saya menilai bahwa KKHH itu beda. KKHH ini film India pertama yang saya tonton tanpa pemeran antagonis. Semua tokohnya baik. Tidak ada dendam, tidak ada kelahi, tidak ada polisi yang datang terlambat. Ini jadi alasan, mengapa saya banyak tersentuh lewat film ini. Saya suka akting Kajol dan Shah Rukh Khan di film ini. Meski mereka juga ada film bareng sebelumnya. Saya suka dengan body language tokoh-tokohnya. Pokoknya, banyak banget mikro ekspresi favorit saya dalam film ini.

Oya, tahun 1999, ramai juga film Mann yang diperankan Amir Khan dan Manisha Koirala. Banyak yang suka dengan film Mann ini, dan saat itu banyak juga yang membandingkan dengan film KKHH, dan bilang lebih menarik Mann. Tapi, begitu saya menontonnya, alih-alih meresapi, sedih dengan kisahnya, malah teringat dengan film lain, yang sepertinya mirip. Ini mirip apa ya? Kok kayaknya pernah nonton film dengan cerita begini? Begitu saja pikiran sepanjang menonton film Mann. Makanya, feel film KKHH bagi saya lebih kuat.

Di tahun yang sama juga, saya punya dua sahabat, cowok dan cewek. Mereka ini saling suka tapi tidak saling mengungkapkan. Mereka bertemu tiap hari, bekerja bersama sehari-hari, masing-masing nyaman sampai tidak merasa perlu saling menyatakan. Si cowok, malu mengungkapkan karena merasa status sosialnya rendah. Si cewek tidak mau mengungkapkan rasa sukanya karena yakin si cowok tidak menyukai. Jadi mereka jalani saja persahabatan itu sampai suatu hari si cewek ditunangkan oleh orangtuanya. Setelah sahabatnya mejadi tunangan orang, si cowok yakin bahwa memang sudah tidak ada harapan lagi bagi dirinya. Maka, dia memutuskan pergi dari si cewek. Saat berpamitan, si cowok mengungkapkan perasaannya. Dia pikir toh mau pergi juga, toh sahabatnya ini memang tidak punya perasaan apapun padanya. Jadi, dia cuma mau melepaskan bebannya saja. Sayangnya, sahabatnya ini jelas-jelas suka, jadilah perasaannya diaduk-aduk, mana sudah tunangan pula.

Cerita ini mirip seperti di film-film kan? Tapi, ini benar kisah nyata. Pada akhirnya, dua sahabat ini menikah kok.

Saya ingin bilang, bahwa penilaian kita terhadap sesuatu bisa jadi karena ada hal yang lekat sebelumnya. Dalam hal ini, saya suka film KKHH, karena saya bisa merasakan kisah cinta antara sahabat (lawan jenis). Walau saya sendiri tidak punya sahabat cowok.

Tentang duda. Tidak semua orang suka dengan kisah percintaan duda. Ada yang lebih suka kisah roman dengan tokoh utama seusia dirinya. Sementara di usia saya saat itu, menonton film-film roman dengan tokoh seorang duda atau janda tidak ada masalah. Saya juga percaya, kalau manusia bisa saja jatuh cinta itu dua atau lebih kali.

Bagaimana dengan Aman (tunangan Anjali)? 
Memang ada laki-laki seperti ini yang merelakan tunangannya?

Karena saya pernah tahu seorang laki-laki yang merelakan tunangannya, maka penyelesaian konflik dalam film KKHH menurut saya wajar-wajar saja. Meski agak berlebihan ya, sampai si Aman menyumbang tarian segala. Yah, namanya juga India. Tapi, kalau saya jadi Aman, mending pilih mengalah saja karena sudah jelas orang yang saya sukai tidak menyukai balik. Daripada setelah menikah banyak kesedihan toh.

Kok bisa ada lelaki sebaik itu? Ucap netizen, hehe. Satu hal, yang mungkin bisa diingat, bahwa apa yang dilakukan Aman sebenarnya adalah hal yang serupa dilakukan Anjali, ketika dia pergi demi kebahagiaan Rahul dan Tina. Anjali pernah merelakan itu, berbalas Aman melakukan pula.


Nah, saya pikir situasi sekarang berbeda.

Kisah romansa dengan semua pemerannya berkarakter baik itu sudah banyak banget. Kisah dengan konflik seputar diri sendiri juga sudah banyak. Tidak mesti konflik dari luar. 

Setelah Film KKHH, banyak banget film India yang menarik dan mengandung kisah sedih yang indah, seperti Kal Ho Na Ho, Kabhi Kushi Kabhi Gham, Mujse Dosti Karoge, Dil Hai Tumhara, dan ... aduh apalagi ya, capek mengingatnya, hihihi.

Kemudian ada kisah roman drakor yang tidak kalah mengulek-ulek hati.

Begitulah, di masa kini kita sudah banyak dipengaruhi tema-tema serupa, maka menonton film KKHH, mood-nya bisa sangat berbeda. Belum lagi, meme dan parodi KKHH ini banyak banget ya. Ini juga memengaruhi feel menontonnya. Bukannya sedih, malah terasa kocak dan menggelikan.

Jadi, persepsi kita terhadap film itu bisa dipengaruhi oleh mindset yang kita punya sebelumnya. Ini wajar, dan sah-sah saja.

 
Persahabatan Antar Lawan Jenis


Di sebuah reuni, ada dua orang sahabat (laki-laki dan perempuan) bertemu kembali setelah belasan tahun berpisah. Saat bertemu, tiba-tiba mereka pelukan dan cap-cip-cup-an. Maka, kagetlah semua yang melihatnya. Masalahnya, di situ ada pasangan masing-masing. Bukan hanya pasangan mereka yang shocked, tapi sebenarnya dua mantan sahabat ini juga kaget banget. Karena dahulu ketika bersahabat tidak pernah sampai cipika-cipiki, atau peluk-pelukan. Entah mengapa, setelah lama tidak berjumpa malah mesra. Kok bisa ? Padahal mereka juga tidak pernah saling suka lho dulunya.

Saya memilih berhati-hati dengan adanya persahabatan cowok dan cewek yang sampai akrab banget. Ini maksudnya bukan sebatas berteman ya. Sampai jalan berdua, apa-apa berdua, nempel banget. Dulu, kalau ada cowok yang suka tapi saya tahu dia sahabatan akrab banget dengan cewek, mending saya mundur deh. 

Persahabatan antar cowok dan cewek bisa mengandung bahaya. Cuma kalau zaman sekarang ngomong begini, ada aja yang jawab, “Nggaklah kak, cowoknya melambai kok.” Haiyaa.

reuni KKHH
baru tahu ada reuni setelah 20th

Menonton Roman India Dahulu dan Kini

Saya sudah lama tidak menonton film roman India. Terakhir nonton Jai Bhim dan Drishyam, yang keduanya bergenre crime. Kalau sekarang nonton lagi film-film roman India, saya malu sendiri, kadang seperti kurang berselera, dan akhirnya malas nonton.

Sekarang lebih pilih-memilih kalau mau nonton film India. Baca review dulu, lihat apa yang menarik dulu.

Waktu menulis ini pun, saya merasa geli sendiri. Ada malu-malunya gitu. Ini benar aku menulis begini? Kok aku jadi malu sendiri sih? Padahal menulis di blog tentang apa saja, seharusnya biasa saja.

Meski menulis ulasan Film KKHH ini, saya juga bukan ingin merekomendasikan orang-orang untuk menonton ya. Tentu pilihan masing-masing saja ya.

Karena hari ini ada opini yang berbeda dari opini perdana di saat film ini diputar itulah yang membuat saya merenungkan betapa dulu dan kini terjadi pergeseran. Waw, ternyata saya sudah tua ya, dan akhirnya melihat ada hal-hal yang berbeda dahulu dan kini. Membuat blogpost yang ini terasa seru juga menggali kembali apa yang pernah menggelitik pikiran.

Nah, kira-kira film apa yang indah menurut kalian saat awal ditonton, namun hari ini dilihat kembali menjadi tidak indah, atau sebaliknya, yang dulu biasa saja, tidak terlalu enak ditonton, ternyata hari ini menarik. Atauu ada yang punya cerita tentang apa hal menarik dari perbedaan persepsi film dulu dan kini ?

***

2 Comments

  1. Aku inget banget pas film ini kluar, aku masih SMU kls 1. Dan temrn2 heboooh, ngajakin nonton. Tapi aku emoh mba. Pertama Krn ga suka India. Kedua Krn temen2 pada nangis nontonnya 🤣🤣🤣. Lah piyeee. Aku nonton kan maunya happy, bukannya nangis hahahahah. Makin ga mau, dan sampe skr aku ga tahu cerita KKHTH ini gimana. Masih belum tertarik nonton, sampe baca review nya mba 😄

    Krn sepertinya endingnya ga jelek, jadi aku mau coba deh. Penasaran juga sbnrnya sesedih apa awalnya film ini. Mungkin aku bakal gemes juga, Krn aku bukan tipe Bucin yg segitunya . Kalo suka yg bilang, kalo bertepuk sebelah tangan ya tinggal cari lain 🤣🤣. Makanya suka gemes Ama cewe yg diem2 suka tapi ga nunjukin,, at least ke sahabatnya ngomong kek, biar ga ada salah paham kan 🤣.

    Coba Yaa, aku nonton dulu filmnya, baru ntr komentar lagi 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. nangisnya tu nangis hepi kok.

      Tp kalau baru mau nonton sekarang mendingan gak usah deh, hihihi.
      menurutku feel nya ntar bisa beda jauhhh....gitu.

      Delete

Hai, bila tidak memiliki link blog, bisa menggunakan link media sosial untuk berkomentar. Terima kasih.