A QUIET PLACE : IDE MENAWAN MEMATIKAN KENIKMATAN BERSUARA


John Krasinski as Lee Abbott
Emily Blunt as Evelyn Abbott
Millicent Simmonds as Regan Abbott
Noah Jupe as Marcus Abbott
Genre : Horror, thriller, drama


Apa jadinya kalau kita diminta untuk bungkam, sementara kita ingin bicara ? 
Bagaimana rasanya saat kita jatuh ingin mengaduh, tapi dianggap bikin gaduh ? 
Atau saat sakit tidak boleh menjerit ? 
Tertekan jawabnya.

Inilah yang ingin disuguhkan dalam Film A Quiet Place garapan sutradara John Krasinski, sekaligus penulis dan pemeran utama. Film berdurasi 90 menit, bergenre horor ini memang dibuat untuk menegangkan penonton dengan cara yang berbeda. Alurnya cukup santai, tidak maju mundur, dengan lokasi yang bisa dibilang di situ-situ saja. 

Film dibuka dengan kekosongan sebuah kota. Sepi sekali. Tidak ada orang lain kecuali sebuah keluarga, yang terdiri dari Ayah, Ibu dan 3 orang anak mereka. Di awal cerita keluarga ini terlihat sedang mengambil beberapa kebutuhan di sebuah toko yang sudah berantakan. Film ini tidak memunculkan banyak dialog dan penjelasan. Karena itu penonton diharapkan lebih pintar membaca lewat gambar. Ketika di toko, anak bungsu mereka berkeingan untuk membawa roket mainan, tapi dilarang oleh Sang Ayah karena sangat berisik. Ayahnya berkomunikasi dengan bahasa isyarat. 

Oya, anak mereka terdiri dari 3 : kakak perempuan, kakak laki-laki dan adik lelaki. Sampai film selesai, saya tidak tahu nama-nama mereka (kecuali setelah baca Wikipedia)

Keluarga ini keluar berjalan dengan kaki telanjang. Masing-masing berjalan sendiri, kecuali Si Ayah yang menggendong kakak lelaki. Semua berjalan dalam keadaan pelan dan sunyi. Sampai di jembatan, si adik bungsu mengeluarkan roket mainan yang ia sembunyikan, menyetelnya dan menimbulkan suara. Nyaring sekali sodara-sodara. Baru disinilah terlihat alasan mengapa mereka tidak berani menimbulkan suara. 

Karena seketika itu juga monster yang buta, tapi telinganya peka, langsung datang menyerang. 

Dan di adegan jembatan ini, saya suka banget lihat mimiknya Emily Blunt, yang berperan sebagai Si Ibu yang notabene memang istri John Krasinski di kehidupan nyata. Ekspresinya yang ketakutan sambil menahan desakan teriakan benar-benar bikin penonton (saya maksudnya) tertular cemasnya. 

Setting kemudian berubah ke suatu tempat yang mereka tinggali. Kejadian di jembatan itu dikisahkan sudah terjadi beberapa bulan. Sampai di sini sebenarnya saya bertanya-tanya, kemana mesti dibuat berbulan-bulan berlalu ya ? Sehari aja rasanya sewindu..eh, maksudnya sehari aja bisa menegangkan. Apakah monster-monster itu mengalami masa tenang layaknya pilkada? Sungguh tak terjawab. 

Pertanyaan saya justru dijawab oleh perut Si Ibu. Ternyata Ibu mereka hamil (lagi), bakalan punya dedek lagi, di tengah-tengah ketegangan hidup bersama monster yang sensitif sama suara, Ibu mereka pun hamil. Sebenarnya, ada yang lucu tentang kehamilan ini. Karena kehamilan ini memang sudah diperlihatkan di trailer, jadi banyak komentator yang bertanya-tanya: “kenapa sih kok bisa hamil lagi?” “Kenapa berani banget ambil keputusan tuk punya anak?” serta “Bisa-bisanya bikin anak ada monster gitu.” 

Iya, awalnya saya juga kaget : eh, kok hamil ya.

Setelah saya pikir baik-baik : Oke..oke, wajar deh kayaknya. 

Saya pun coba buat alasannya. 

Pertama: karena kehidupan bagi mereka mencemaskan, pastilah suami-istri jadi saling membutuhkan untuk meredam ketegangan. 

Kedua: untuk mencetak adik baru itu memang cukup tenang-tenang aja, diam-diam juga bisa. Toh, monsternya buta ya kan. (Ya ampun masa’ ditulis sih ini) 

Ketiga : Kisah distopia ini menceritakan nyaris keluarga ini yang tersisa (nyaris, karena ternyata masih ada manusia lainnya) artinya kalau sampai sejauh itu bisa bertahan, berarti mereka sudah mampu beradaptasi, yang mana udah jadi habits. Sudah biasa. So, kehidupan akan mereka punya masa-masa normal. 


(Alasan lain) : 

Keempat : Demi melestarikan keturunan agar manusia tidak punah, ya mereka mesti merencanakan kehamilan. 

Kelima : Kehamilannya jelas tidak direncanakan. Tapi, penggunaan kontrasepsi sepertinya memang tidak memungkinkan. 

Keenam : Monsternya memang punya masa tenang.


Jadi, kehamilan Si Ibu bukan sesuatu yang membingungkan lagi buat saya. 
Saya masih terkesima dengan kemampuan ‘tidak berbicara’ mereka selama berbulan-bulan. 
Apalagi untuk seorang Ibu, yang baru sebentar lihat anaknya pengen koar-koar : 
“Kakak, mainnya jangan jauh-jauh ya.... Nanti ada monster mau makan kamu!” 
“Adeek, jangan lari-lari ya nanti jatoooh.” 
“Hedehhhh, baru juga diberesin mainnya anak-anak ini, dihambur lagi. Capek tau mamak ini, capeeek!!!” 

Nah, di film ini nggak boleh ada tipe mamak-mamak yang begini. 
Jadi gimana dong kalau perempuan yang katanya bisa buang-buang 20ribu kata per hari? Dah, gimana pun caranya yang penting jangan ada suaranya.

If they hear you, They hunt you.

Keluarga ini pun berkomunikasi dengan bahasa isyarat. 

Kalian kepikiran nggak, kalau orang normal nggak bisa langsung bahasa isyarat tanpa latihan dulu. Apalagi tahu-tahu ada monster yang peka suara, terus bisa gitu inisiatif pakai bahasa isyarat dan langsung bisa ? Ternyata jawabannya ada pada putri mereka.

Putri mereka satu-satunya ternyata Tuli, dari awal sudah diperlihatkan alat bantu dengar yang menempel di telinganya. Anak perempuan ini diperankan oleh Millicent Simmonds yang dunia nyata memang Tuli dan aktingnya cakep banget. 
Anak-anak terjatuh di lumbung jagung

Dengan adanya anak mereka yang Tuli udah cukup menjawab, mengapa keluarga ini mampu menggunakan bahasa isyarat dengan terus-menerus. Karena kalau tidak terbiasa, pasti gatel pengen ngoceh melulu.

Beberapa pola rutinitas kehidupan keluarga yang normal tetap diperlihatkan dalam film ini. Seperti yang saya bilang, mereka beradaptasi dengan para monster di luar sana. Maka, keluarga ini mendesain rumah mereka agar tidak menimbulkan banyak suara. Gantungan angin dibuat dari flanel. Makan tidak beralaskan piring, harus menggunakan tangan, dan jangan makan es batu. Mencuci haruslah diperas, nggak boleh spinning di mesin cuci. Ayahnya kerja apa? Makanannya dari mana? Dari alam. Ayah mencari ikan, ibu mengurus rumah. Benar-benar keluarga yang harmonis dan sakinah (penuh ketenangan).

Tapi, penonton tidak dibuat untuk santai-santai menikmati film. Karena sebuah kesalahan suara, monster ini datang. Baru santai sejenak, eh dibuat tegang lebih lama. Film ini juga membangun efek psikologis, dimana penonton jadinya juga pengen diam aja. Kecuali, pada beberapa orang yang berat menahan latah.
Tidak boleh teriak : diam, diam, tahan
Bagaimana bisa makhluk ini datang? Alienkah? Rekayasa genetika atau apa? Hmm.. entah saya yang kurang nyimak, tapi saya nggak dapat penjesalan darimana makhluk ini berasal. Kecuali, pada beberapa adegan kita bisa melihat Si Ayah mengumpulkan data-data, menuliskan analisisnya, termasuk mencermati kekurangan si monster.

Meskipun Si Ayah sudah membuat riset tentang si monter. Tapi, peran Millicent Simmonds lah yang akan menjadi kunci melawan monster ini pada akhirnya.

Bagaimana dengan peran Emily Blunt? Menegangkan. Karena dia tidak hanya hamil, tapi juga akan melahirkan. Film ini sebenarnya masih nanggung buat saya, masih terbuka banget celah-celah kosongnya buat diisi. Tapi, ide menarik ketegangan dengan kebisuan ini memang menawan buat saya.

Hal-hal yang Kurang Saya Pahami :
  1. Desain rumahnya. Sepertinya ada rumah lama dan ada ruangan yang disesuaikan. Ada satu ruangan yang diperlihatkan menggunakan lampu kristal? Tu lampu kenapa nggak dicopot, bukannya bisa menimbulkan suara tuh?
  2. Bayi menangis kenapa tidak disusui saja ya? 
  3. Apa fungsinya air terjun diperlihatkan? Kenapa nggak tinggal dekat air terjun aja ya?
  4. If they hear you, They hunt you tapi ‘they’ baru keluar pada akhir banget. Apa cuma saya yang ngerasa cuma satu aja yang ngejar-ngejar?

Penutup :
Siapa pun yang pernah menidurkan anak bayi, pasti tahu rasanya ngomong mesti bisik-bisik, pake kode-kodean, kalau perlu nggak usah ngomong. Berjalan jingkat-jingkat, menutup pintu pelan-pelan. Ada mas-mas paketan datang, langsung stress. Padahal, kalau nggak diantar ya stress juga. Ya begitulah kira-kira saat monster ini datang. Tapi, sepeka-pekanya makhluk ini tetap ada kekurangannya. Kesimpulan saya makhluk ini meskipun peka, tapi suara-suara alam tidak akan mengganggu mereka.

Sekadar pengen tahu saja, kalian kapan pengen bersuara tapi terpaksa diam?
Jangan bilang kalau di kamar mandi.
Terus, kalau udah / pengen nonton film ini kira-kira apa yang menarik ya? Bagi dong ceritanya.


Salam,
Lidha Maul

16 Comments

  1. Jadi penasaran aku sama filmnya. Sama monsternya bentuknya kayak apa.
    Hi..hi, kok sempat ya mbikin anak.. klo aku dah stress duluan mikirin hidup yang dikejar2 monster

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah saya buat jawabannya di atas mbak.. :D
      Monsternya geli-geli ajaib bentuknya :D

      Delete
  2. Pas adegan di toko itu artinya mereka njarah dong?

    Jadi teringat film the borrower yang mahluk kecil kecil hampir punah, bedanya ni keluarga berdampingan dengan monster yang sensitif suara walaupun buta
    Ga kebayang aja rempongnya kayak apa mesti bisik bisik e malah pake bahasa isyarat yak ahhahhaha

    Jadi itu monster bangun pas sesi lahiran dong mb lid ahahhaha..?
    Sayang ya, cerita dikemas ga gitu utuh, biasanya kan kalo jenis horror science atau tjriler suka dijabarin tuh asal mula si suspect yang jadi musuh utama latar belakangnya kayak apa, ga ujug jug ada aja kayak ni film jadi masih menimbulkan tanda tanya juga ahahha

    Bru tau klo pasangan suami istri tsb di kehidupan nyata beneran pasangan

    #tetiba jadi pnasaran pingin ngecekmtrailernya kek gimana
    Penasaran ama monsternya

    ReplyDelete
  3. Bisa disebut njarah gak ya klo memang sudah gak ada penghuninya?
    Klo The Borrower emang dari sononya aka kerjaannya borrow barang. Kalau ini manusia yg kehidupan mereka jadi berubah karena ada makhluk lain.
    Hahaha, dari awal film monsternya udah bangun. Adegan lahiran itu tuk menambah kengeriannya.
    Justru tak banyak penjelasan itulah yg bikin enak dan uniknya film ini.

    ReplyDelete
  4. Sepertinya film ini harus saya tonton. .Genre horor spt ini termasuk film yg saya suka..

    ReplyDelete
  5. Iiiish bikin penasaran deeh sama film ini. Udah beberapa teman yang bilang aku mesti nonton film ini cuma aku tuh rada gimanaa gitu kalau sama film tipe jumpscare begini. Aku bisa jejeritan deeh. Terlepas dari itu, menarik sekali ide penulis ceritanya. Biasanya film banyak ngomong ini malah nggak boleh ngomong. Hehehe.

    Oiya, menjawab pertanyaan mbak Lidha, momen saat aku mau ngomong tapi harus diam itu ketika si kecil cerita panjang lebar dan suka ngambek kalau aku komentarin. Jadi dia maunya dikomentarinnya kalau dia udah selesai cerita. Hihihi

    ReplyDelete
  6. Penasaraannn... Ubek2 ah kali bisa nonton jg. Terimakasih referensinya😊

    ReplyDelete
  7. Wawwww sedikit suara bisa jadi malapetaka. Ini lumayan rame diperbincangkan akhir-akhir ini ya mbak...

    ReplyDelete
  8. Nih film sejak nonton thrillernya sudah bikin penasaran euy..
    Sayang sekarang say tinggal di kota kecil jd gak bs nonton di bioskop..
    Nungguin donlotan aja deh.
    Hihhhi

    ReplyDelete
  9. Aku nonton ini, dan sbnrnya nyesel :p. Nyesel krn sediiiih :(. Aku mau mewek pas anaknya dibunuh si monster, rrus ayahnya mengorbankan diri :( . Jujurnya krn aku ga suka nonton film sedih sih.. Jd ini film cendrung kuat sedihnya buatku :p.

    ReplyDelete
  10. Nah, sama. Cuma karena gak tega spoiler jadi gak ketulis wkwkwkkw

    ReplyDelete
  11. Jadi... endingnya sedih ya.
    Gak jadi lah nontonya.
    Mending nonton Romantic Movie dari Hallmark di youtube, hahaha...


    ReplyDelete
  12. penasaran jadi pengen nonton btw baca komen kok bisa hamil ditengah keadaan begitu difikir2 iya juga mba kok kepikiran gitu mencetak secara lagi genting kondisinya hahaha

    ReplyDelete

Hai, bila tidak memiliki link blog, bisa menggunakan link media sosial untuk berkomentar. Terima kasih.